- Part 2-
Malamnya Deva masih ingin terus berjuang untuk tetap menyakini Acha agar mereka bisa bersama lagi, malam sekitar pukul 8.00 Deva datang lagi ke pondok mungil yang di huni oleh Acha dan keluarga, Deva datang dengan membawa seikat bunga mawar dan berpakaian rapih, sesampainya ia tiba di pondok mungil tersebut, terlihat Acha sedang senyum riang bersama keluarganya, entah kenapa Deva yang sedang berjalan santai seketika sesaat melihat kejadian tersebut ia berhenti, ia menghilangkan niatnya untuk memohon lagi kepada Acha, karena dia tidak mau melihat senyumanya Acha yang manis pudar Karena Deva datang.
Seketika ia sedang memperhatikan Acha yang sedang tersenyum riang, tiba-tiba ada yang memukul pundak belkangnya tanda menegur, dan berkata pelan.
“Hey Dev, kamu ngapain di sini, kamu ga masuk aja, apa mau kakak panggilin Acha nya?” tegur kakaknya Acha sambil memukul pelan pundaknya Deva tanda menegur.
“Eh kakak ga usah kak, aku juga mau pulang, aku buru-buru kak,” jawab Deva sambil menoleh kea rah kakanya Acha.
“Lho, kenapa buru-buru?,” tanya Ozy kakanya Acha.
“Enggak kenapa knapa kak, sudah ya kak, aku pulang dulu,” pamit Deva sambil meninggalkan kakanya Acha.
Sesaat Deva meninggalkan Ozy kakaknya Acha, lalu Ozy Masuk ke dalam rumah dan berbicara kepada Acha semua apa yang terjadi padanya saat tadi.
“Cha, kok kamu tadi ga keluar,” Tanya Ozy awal pembicaraan.
“Hah, untuk apa kak, memang ada apa di luar tadi?,” kaget Acha karena tiba-tiba kakanya berbicara seperti itu.
“Hah, kamu tidak tahu, tadi kan si Deva datang, dia rapih banget, dan kaka liat dia bawa bunga, mungkin untumu,” perjelasan dari Ozy.
Sesaat Ozy berbicara seperti itu, Acha langsung bengong dan berfikir, lalu berkata dalam hatinya.
“Hah, Mas Deva datang, ngapain ya, maafkan aku ya Mas, sebenarnya aku sayang sama kamu, tetapi apa daya, kasta kita memang berbeda, jadi tak lah ada harapan untuk kita dapat bersama lagi,” lamunan murung dari Acha dan bicaranya dalam hatinya.
Dan sesaat Acha sedang melamun, tiba-tiba kakanya menggoyangkan telapak tanganya ke depan wajahnya.
“Cha, hey Cha,,” tegur Ozy sambil menggoyangkan telapak tanganya tepat di depan wajahnya Acha.
“Heh, eh iya kak, ga ko ka gak kenapa kenapa, sudah ya kak, aku mau ke kamar dulu, sudah malam,” kaget Acha, dan langsung meninggalkan Ozy menuju kamarnya.
Sesaat Acha sedang berada di kamarnya, ia langsung membuka jendela kecil nya yang terbuat dari kayu yang sederhana, ia berdiri sambil merangkul dagunya di selah jendelanya dan berbicara pada bintang, ia megngutarakan semua apa yang terjadi padanya saat ini, ia ingin terus tetap bersama Deva, tetapi apalah daya, takdir kasta tidak menentukan mereka berdua berjodoh.
“Bintang,Acha ingin tetap bersama Mas Deva, tapi kenapa kita di takdirkan berbeda, apakah cinta perlu adanya yang namanya kasta?, aku gak mau bintang jika Mas Deva memilihku, tetapi dia berdurhaka terhadap ibunya, lebih baik aku relakan saja Mas Deva demi ibunya itu,” curahan hatinya Acha terhadap sahabat sejatinya bintang yang bersinar setiap malam.
***
Pagi pun datang, matahari tersenyum, burung berkicau, udara yang segar, terlihat Acha sedang membantu ibunya yang sedang menjual ikan hasil tangkapan para nelayan di pinggiran pantai, sesaat ia sedang berjualan, tiba-tiba ibunya Deva datang dengan membawa sesosok perempuan cantik tinggi, rambutnya panjang berikal yang ber hair style, bajunya bagus, berbeda sekali dengan Acha yang berpenampilan kusam. Dan lalu ibu Zahra tersenyum sinis dan berbicara menyindir terhadap Acha.
“Hey, bau sekali ya tempat ini, kenapa ya anak saya tertarik pada anak miskin yang kusam seperti anak anda,” kata mengejek Nyonya Zahra terhadap Acha dan sang Ibunda.
“Eh Nyonya Zahra yang saya hormati, saya memang miskin, tetapi hati saya murni sangat kaya tidak seperti anda, yang berharta banyak tetapi hatinya tidak sebanding dengan kehidupannya,” balasan sinis dan bentak tidak terima dari Acha.
“Hey kamu lancang sekali ya, berkata itu dengan saya, anda tidak tahu anda sedang berhadapan dengan siapa, tutup mulut anda ya,” bentak sang Ibunda dari Deva, dan menujukan telunjuknya kea rah mukanya Acha.
Acha pun masih saja membentak Zahra, karena ia tidak menerima jika ia dan keluarganya di hina sperti itu. Dan gerumungan pasar yang ramai seketika pandangannya tertuju kepada Acha, keluarganya dan Zahra.
“Nyonya, maksud Nyonya datang ke sini untuk apa, hanya untuk menghina keluarga kami, iya,” tanggepan yang di bentakan oleh Acha untuk Nyonya besar Zahra.
“Saya ke sini hanya unuk memperingatkan kamu yah agar jauhilah Deva, karena Deva sudah saya kasih pasangan yang cocok untuknya, yang lebih baik dari kamu, lebih punya martabat, tidak miskin seperti anda,” perjelas Zahra, sambil memperkenalkan Ify perempuan yang di jodohkan Zahra untuk Deva.
Acha seketika langsung kaget, ia langsung menundukan kepalanya, mukanya langsung lemas, dan lalu tiba-tiba, ibunya Acha datang dengan membawa senampan ikan kering dan di guyurnya ke pada diri Zahra dan langsung tanpa segan-segan membentaknya.
“Nyonya, jika Nyonya ke sini hanya untuk menghina kami, silahkan pintu keluar di buka lebar untuk Nyonya, dan jangan sekali kali anda menghina kami dengan mulut anda yang kotor itu, silahkan anda keluar dari area kami,” usiran mamahnya Acha sambil mengguyurkan ikan kering kea rah badannya Zahra dan menunjukan tangannya kea rah pintu keluar.
Zahra kesal dan langsung pergi tetapi masih sempat mengutarakan sepatah kata.
“Wow, ada apa ini, oke saya pergi, tetapi semua yang kita inginin bisa saya lakukan, liat nanti, ayo Fy kita pulang,” ancaman yang di keluarkan dari mulutnya Zahra untuk keluarga Acha, dan langsung mengajak Ify pulang dan meninggalkan tempat tersebut.
Tetapi keluarganya Acha tidak peduli, dia tidak takut denagn ancamanya, lalu mamahnya Acha teriak.
“Terserah, keluarga kami akan kuat, dan tidak akan takut dengan ancaman dari manapun, ingat itu,” teriakan dari mamahnya Acha.
“Sudahlah mah, hiraukan saja dia, kita tidak bisa bersaing dengan orang terkaya seperti dia, dia bukan saingan kita mah, sudah ya mah, Acha mau ke dalam dulu sebentar,” kata Acha sambil menenangkan diri mamahnya dan sambil berjalan menuju rumah sambil membawa nampan ikan.
Acha berjalan sambil melamun, kepalanya menunduk saja ke bawah, kakinya berjalan sangat lamban, dan ia memikirkan sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya, ia berbicara dalam hati.
“Tadi aku tidak salah dengar ya, kalau Mas Deva sudah di jodohin sama ibunya?, sudahlah aku harus menerima kenyataan ini, aku harus kuat, mungkin ia bukan jodoh yang sebenarnya untuku, ya Tuhan, tolong kasih kekuatan untukku,” katanya dalam hati.
Di tengah perjalanan Acha pulang, tiba-tiba dia menabrak sesosok pria di depannya, dan ternyata ia menabrak kakanya, kakanya pun kaget, dan langsung berkata.
“Kenapa kamu Cha, kok murung sekali, kamu sedang ada masalah,” tegur Ozy .
Acha pun hanya menggelengkan kepalanya saja.
“Sudahlah sabar ya Cha, semua pasti ada jalan keluarnya,” myakinkan Acha agar Acha semangat itulah yang hanya bisa Ozy lakukan.
Dan setelah itu mereka berdua berjalan bersama ke depan pondok mungilnya, dan Acha menceritakan semua kejadiannya tadi yang ia alami dengan ibunya kepada kakaknya Ozy, Acha menceritakannya dengan expresi yang sedih, dan mengucurkan air mata, kakaknya berusaha untuk menenangi hatinya Acha, di tariklah kepalanya Acha dan ditaruh di bahunya Ozy, dan mengelus kepalanya Acha, Ozy berusaha untuk menghibur Acha dengan segala usaha yang iya lakukan agar Acha tidak bersedih lagi.
Setelah mereka selesai bercerita, Acha kembali ketempat mamahnya berjualan ikan, air matanya cepat cepat ia hapus, ia memancarkan wajah yang tegar, dan senyuman yang manis, manis sekali, ia jalan menuju tempat berdagang, di sana terlihat ibunya sedang menangis, dagangannya berantakan semua, ikan ikan berceceran dimana mana, segerumulan pedagang lain menggerumungi mamahnya dan berusah membantu membereskan semua ikan yang berjatuhan, sambil membereskan, mamahnya berkata.
“Cha, kamu masih punya hati ya sama Deva?,” Tanya mamahnya Acha.
“Kok mamah bilangnya gitu, bukannya mamah sudah tau perasaan aku dari dulu sama Mas Deva,” sahut Acha sambil mengambil ikan ikannyayang berjatuhan.
“Tapi Cha, Deva bukan angkatan kita, kita hanya orang yang tidak punya apa apa, tetapi liat Deva, iya anak bangsawan, kamu gak setingkatan sama dia, kalo mau kamu carilan yang seangkatan sama kamu,” suruh mamahnya Acha.
“Tapi mah, bukannya mamah setuju kalo aku sama mas Deva,? Tapi kalo itu memang maunya mamah ya Acha bakal kasih yang terbaik untuk mamah deh,” kata Acha sambil menampilkan senyumnya yang memaksa.
***
Sore pun tiba, Acha sedang terlihat sedih sekali di kamarnya, ia tidak seperti biasanya, yang setiap sore melihat sunset di pinggir pantai, tetapi dia saat ini hanya merenungkan kejadian tadi di dalam kamarnya dengan menyendiri.
“Kata mamah benar, aku memang tidak pantas untuk Mas Deva, aku harus menjauhi Mas Deva sebelum semuanya terlambat, apalagi, Mas Deva sekarang sudah di jodohkan oleh ibunya, pokoknya gimanapun juga aku harus menjauhi Mas Deva, walaupun hatiku sakit, maafkan aku ya Mas aku hanya tidak ingin keluarga kita masing masing menjadi musuh karena ulah kita berdua.” Ucap Acha di kasurnya yang sederhana sambil melamun.
ttoo be continue
By : Laila (Kelompok 1)
Jika suka dengan Cerbung ini silahkan beri jempol ya !!!
-SSL- Short Story Lesson
Lailatus Sakinah Freenzy (Laila Fauzy Adriansyah)
Malamnya Deva masih ingin terus berjuang untuk tetap menyakini Acha agar mereka bisa bersama lagi, malam sekitar pukul 8.00 Deva datang lagi ke pondok mungil yang di huni oleh Acha dan keluarga, Deva datang dengan membawa seikat bunga mawar dan berpakaian rapih, sesampainya ia tiba di pondok mungil tersebut, terlihat Acha sedang senyum riang bersama keluarganya, entah kenapa Deva yang sedang berjalan santai seketika sesaat melihat kejadian tersebut ia berhenti, ia menghilangkan niatnya untuk memohon lagi kepada Acha, karena dia tidak mau melihat senyumanya Acha yang manis pudar Karena Deva datang.
Seketika ia sedang memperhatikan Acha yang sedang tersenyum riang, tiba-tiba ada yang memukul pundak belkangnya tanda menegur, dan berkata pelan.
“Hey Dev, kamu ngapain di sini, kamu ga masuk aja, apa mau kakak panggilin Acha nya?” tegur kakaknya Acha sambil memukul pelan pundaknya Deva tanda menegur.
“Eh kakak ga usah kak, aku juga mau pulang, aku buru-buru kak,” jawab Deva sambil menoleh kea rah kakanya Acha.
“Lho, kenapa buru-buru?,” tanya Ozy kakanya Acha.
“Enggak kenapa knapa kak, sudah ya kak, aku pulang dulu,” pamit Deva sambil meninggalkan kakanya Acha.
Sesaat Deva meninggalkan Ozy kakaknya Acha, lalu Ozy Masuk ke dalam rumah dan berbicara kepada Acha semua apa yang terjadi padanya saat tadi.
“Cha, kok kamu tadi ga keluar,” Tanya Ozy awal pembicaraan.
“Hah, untuk apa kak, memang ada apa di luar tadi?,” kaget Acha karena tiba-tiba kakanya berbicara seperti itu.
“Hah, kamu tidak tahu, tadi kan si Deva datang, dia rapih banget, dan kaka liat dia bawa bunga, mungkin untumu,” perjelasan dari Ozy.
Sesaat Ozy berbicara seperti itu, Acha langsung bengong dan berfikir, lalu berkata dalam hatinya.
“Hah, Mas Deva datang, ngapain ya, maafkan aku ya Mas, sebenarnya aku sayang sama kamu, tetapi apa daya, kasta kita memang berbeda, jadi tak lah ada harapan untuk kita dapat bersama lagi,” lamunan murung dari Acha dan bicaranya dalam hatinya.
Dan sesaat Acha sedang melamun, tiba-tiba kakanya menggoyangkan telapak tanganya ke depan wajahnya.
“Cha, hey Cha,,” tegur Ozy sambil menggoyangkan telapak tanganya tepat di depan wajahnya Acha.
“Heh, eh iya kak, ga ko ka gak kenapa kenapa, sudah ya kak, aku mau ke kamar dulu, sudah malam,” kaget Acha, dan langsung meninggalkan Ozy menuju kamarnya.
Sesaat Acha sedang berada di kamarnya, ia langsung membuka jendela kecil nya yang terbuat dari kayu yang sederhana, ia berdiri sambil merangkul dagunya di selah jendelanya dan berbicara pada bintang, ia megngutarakan semua apa yang terjadi padanya saat ini, ia ingin terus tetap bersama Deva, tetapi apalah daya, takdir kasta tidak menentukan mereka berdua berjodoh.
“Bintang,Acha ingin tetap bersama Mas Deva, tapi kenapa kita di takdirkan berbeda, apakah cinta perlu adanya yang namanya kasta?, aku gak mau bintang jika Mas Deva memilihku, tetapi dia berdurhaka terhadap ibunya, lebih baik aku relakan saja Mas Deva demi ibunya itu,” curahan hatinya Acha terhadap sahabat sejatinya bintang yang bersinar setiap malam.
***
Pagi pun datang, matahari tersenyum, burung berkicau, udara yang segar, terlihat Acha sedang membantu ibunya yang sedang menjual ikan hasil tangkapan para nelayan di pinggiran pantai, sesaat ia sedang berjualan, tiba-tiba ibunya Deva datang dengan membawa sesosok perempuan cantik tinggi, rambutnya panjang berikal yang ber hair style, bajunya bagus, berbeda sekali dengan Acha yang berpenampilan kusam. Dan lalu ibu Zahra tersenyum sinis dan berbicara menyindir terhadap Acha.
“Hey, bau sekali ya tempat ini, kenapa ya anak saya tertarik pada anak miskin yang kusam seperti anak anda,” kata mengejek Nyonya Zahra terhadap Acha dan sang Ibunda.
“Eh Nyonya Zahra yang saya hormati, saya memang miskin, tetapi hati saya murni sangat kaya tidak seperti anda, yang berharta banyak tetapi hatinya tidak sebanding dengan kehidupannya,” balasan sinis dan bentak tidak terima dari Acha.
“Hey kamu lancang sekali ya, berkata itu dengan saya, anda tidak tahu anda sedang berhadapan dengan siapa, tutup mulut anda ya,” bentak sang Ibunda dari Deva, dan menujukan telunjuknya kea rah mukanya Acha.
Acha pun masih saja membentak Zahra, karena ia tidak menerima jika ia dan keluarganya di hina sperti itu. Dan gerumungan pasar yang ramai seketika pandangannya tertuju kepada Acha, keluarganya dan Zahra.
“Nyonya, maksud Nyonya datang ke sini untuk apa, hanya untuk menghina keluarga kami, iya,” tanggepan yang di bentakan oleh Acha untuk Nyonya besar Zahra.
“Saya ke sini hanya unuk memperingatkan kamu yah agar jauhilah Deva, karena Deva sudah saya kasih pasangan yang cocok untuknya, yang lebih baik dari kamu, lebih punya martabat, tidak miskin seperti anda,” perjelas Zahra, sambil memperkenalkan Ify perempuan yang di jodohkan Zahra untuk Deva.
Acha seketika langsung kaget, ia langsung menundukan kepalanya, mukanya langsung lemas, dan lalu tiba-tiba, ibunya Acha datang dengan membawa senampan ikan kering dan di guyurnya ke pada diri Zahra dan langsung tanpa segan-segan membentaknya.
“Nyonya, jika Nyonya ke sini hanya untuk menghina kami, silahkan pintu keluar di buka lebar untuk Nyonya, dan jangan sekali kali anda menghina kami dengan mulut anda yang kotor itu, silahkan anda keluar dari area kami,” usiran mamahnya Acha sambil mengguyurkan ikan kering kea rah badannya Zahra dan menunjukan tangannya kea rah pintu keluar.
Zahra kesal dan langsung pergi tetapi masih sempat mengutarakan sepatah kata.
“Wow, ada apa ini, oke saya pergi, tetapi semua yang kita inginin bisa saya lakukan, liat nanti, ayo Fy kita pulang,” ancaman yang di keluarkan dari mulutnya Zahra untuk keluarga Acha, dan langsung mengajak Ify pulang dan meninggalkan tempat tersebut.
Tetapi keluarganya Acha tidak peduli, dia tidak takut denagn ancamanya, lalu mamahnya Acha teriak.
“Terserah, keluarga kami akan kuat, dan tidak akan takut dengan ancaman dari manapun, ingat itu,” teriakan dari mamahnya Acha.
“Sudahlah mah, hiraukan saja dia, kita tidak bisa bersaing dengan orang terkaya seperti dia, dia bukan saingan kita mah, sudah ya mah, Acha mau ke dalam dulu sebentar,” kata Acha sambil menenangkan diri mamahnya dan sambil berjalan menuju rumah sambil membawa nampan ikan.
Acha berjalan sambil melamun, kepalanya menunduk saja ke bawah, kakinya berjalan sangat lamban, dan ia memikirkan sesuatu yang sangat mengganjal pikirannya, ia berbicara dalam hati.
“Tadi aku tidak salah dengar ya, kalau Mas Deva sudah di jodohin sama ibunya?, sudahlah aku harus menerima kenyataan ini, aku harus kuat, mungkin ia bukan jodoh yang sebenarnya untuku, ya Tuhan, tolong kasih kekuatan untukku,” katanya dalam hati.
Di tengah perjalanan Acha pulang, tiba-tiba dia menabrak sesosok pria di depannya, dan ternyata ia menabrak kakanya, kakanya pun kaget, dan langsung berkata.
“Kenapa kamu Cha, kok murung sekali, kamu sedang ada masalah,” tegur Ozy .
Acha pun hanya menggelengkan kepalanya saja.
“Sudahlah sabar ya Cha, semua pasti ada jalan keluarnya,” myakinkan Acha agar Acha semangat itulah yang hanya bisa Ozy lakukan.
Dan setelah itu mereka berdua berjalan bersama ke depan pondok mungilnya, dan Acha menceritakan semua kejadiannya tadi yang ia alami dengan ibunya kepada kakaknya Ozy, Acha menceritakannya dengan expresi yang sedih, dan mengucurkan air mata, kakaknya berusaha untuk menenangi hatinya Acha, di tariklah kepalanya Acha dan ditaruh di bahunya Ozy, dan mengelus kepalanya Acha, Ozy berusaha untuk menghibur Acha dengan segala usaha yang iya lakukan agar Acha tidak bersedih lagi.
Setelah mereka selesai bercerita, Acha kembali ketempat mamahnya berjualan ikan, air matanya cepat cepat ia hapus, ia memancarkan wajah yang tegar, dan senyuman yang manis, manis sekali, ia jalan menuju tempat berdagang, di sana terlihat ibunya sedang menangis, dagangannya berantakan semua, ikan ikan berceceran dimana mana, segerumulan pedagang lain menggerumungi mamahnya dan berusah membantu membereskan semua ikan yang berjatuhan, sambil membereskan, mamahnya berkata.
“Cha, kamu masih punya hati ya sama Deva?,” Tanya mamahnya Acha.
“Kok mamah bilangnya gitu, bukannya mamah sudah tau perasaan aku dari dulu sama Mas Deva,” sahut Acha sambil mengambil ikan ikannyayang berjatuhan.
“Tapi Cha, Deva bukan angkatan kita, kita hanya orang yang tidak punya apa apa, tetapi liat Deva, iya anak bangsawan, kamu gak setingkatan sama dia, kalo mau kamu carilan yang seangkatan sama kamu,” suruh mamahnya Acha.
“Tapi mah, bukannya mamah setuju kalo aku sama mas Deva,? Tapi kalo itu memang maunya mamah ya Acha bakal kasih yang terbaik untuk mamah deh,” kata Acha sambil menampilkan senyumnya yang memaksa.
***
Sore pun tiba, Acha sedang terlihat sedih sekali di kamarnya, ia tidak seperti biasanya, yang setiap sore melihat sunset di pinggir pantai, tetapi dia saat ini hanya merenungkan kejadian tadi di dalam kamarnya dengan menyendiri.
“Kata mamah benar, aku memang tidak pantas untuk Mas Deva, aku harus menjauhi Mas Deva sebelum semuanya terlambat, apalagi, Mas Deva sekarang sudah di jodohkan oleh ibunya, pokoknya gimanapun juga aku harus menjauhi Mas Deva, walaupun hatiku sakit, maafkan aku ya Mas aku hanya tidak ingin keluarga kita masing masing menjadi musuh karena ulah kita berdua.” Ucap Acha di kasurnya yang sederhana sambil melamun.
ttoo be continue
By : Laila (Kelompok 1)
Jika suka dengan Cerbung ini silahkan beri jempol ya !!!
-SSL- Short Story Lesson
Lailatus Sakinah Freenzy (Laila Fauzy Adriansyah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar